Penulis: Diana | Editor: Handa

Untuk wanita yang sedang menunggu kehadiran si kecil, mengalami keguguran adalah mimpi buruk. Selain pendarahan yang harus dilakukan, keguguran juga kerap kali mengaitkan dengan prosedur kuretase atau kuret. Kuret atau yang dalam bahasa medisnya disebut dengan Dilation & Curettage (D&C), yakni tindakan untuk mengeluarkan sisa jaringan dan pendarahan dari dalam rahim.

Tindakan ini biasanya dilakukan pada perempuan yang mengalami keguguran. Keguguran merupakan situasi dimana janin mati secara tiba-tiba atau spontan yang terjadi sebelum usia kehamilan memasuki 20 minggu. Hal ini biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan.

Tetapi tahukah Bunda bahwa tidak semua keguguran memerlukan kuretase, contohnya adalah keguguran total dimana semua jaringan kehamilan telah keluar secara alami. Lantas, bagaimana kondisi keguguran yang harus melakukan kuretase?

Kondisi Keguguran yang Harus Melakukan Kuretase

Keguguran total yang dialami wanita hamil tidak memerlukan kuretase, tapi jika keguguran tersebut tidak total maka tentu ya Bunda keguguran tersebut membutuhkan kuretase yang antara lain kondisinya adalah:

1. Keguguran Tidak Lengkap (Incomplete Miscarriage)

Kondisi keguguran ini masih menyisakan sebagian jaringan dalam rahim yang membutuhkan prosedur kuretase karena jika tidak, pendarahan bisa terus berlanjut dan bisa menyebabkan infeksi rahim.

2. Keguguran Tak Terhindarkan (Inevitable Miscarriage)

Situasi keguguran ini terjadi diakibatkan oleh pendarahan dan mulut rahim sudah mulai terbuka, tetapi jaringan masih utuh di dalam rahim. Meskipun begitu, karena mulut rahim sudah terbuka, kehamilan sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan perlu untuk dikeluarkan dengan cara kuret.

3. Keguguran Septik (Septic Miscarriage)

Pada jenis keguguran situasi seperti ini telah terjadi infeksi dalam rahim yang dapat membahayakan ibu, sehingga harus segera ditangani dengan cepat. Adapun penanganan yang harus segera diberikan selain antibiotik ialah kuretase agar rahim Bunda bersih dari jaringan janin yang mungkin tersisa.

Tindakan Kuretase dan Komplikasinya

Kuret tindakan umum yang dilakukan oleh perempuan yang mengalami keguguran pada trimester pertama kehamilan. Tetapi tidak semua keguguran memerlukan kuretase ya, Bunda. Sebelum dilakukan kuret biasanya akan dipersiapkan selayaknya untuk operasi dengan membatasi makan dan minum. Lalu, dilakukan pembiusan total pada pasien karena tindakan ini akan menyebabkan rasa sakit.

Setelah itu, prosedur tindakan kuret ini akan dimulai dengan dokter membuka dan melebarkan dilation atau lubang pada serviks atau leher rahim dengan bantuan alat khusus agar alat kuret dapat masuk ke dalam rahim. Setelah alat kuret berhasil dimasukan ke dalam rahim, maka dilakukanlah pengerukan pada seluruh permukaan dinding rahim (curretage) agar bisa memastikan tidak ada lagi jaringan yang tersisa di dalam rahim.

Tujuan tindakan ini sebenarnya untuk menghentikan pendarahan yang keluar diakibatkan dengan keguguran. Karena jika masih ada jaringan yang tersisa pada rahim, maka darah akan keluar secara terus menerus dari dalam rahim yang parahnya dapat menimbulkan kematian akibat kehabisan darah.

Setiap tindakan operasi tentu mempunyai komplikasi, termasuk pada tindakan kuret. Komplikasi tersebut antara lain kerusakan jaringan leher, rahim, rahim perforasi atau jebol, serta jaringan parut dalam rahim. Biasanya komplikasi-komplikasi ini terjadi jika ada cara serta penggunaan alat kuret yang salah atau tidak steril.

Efek Samping Kuretase

Setelah kuret, biasanya Bunda akan merasakan sedikit rasa sakit. Adapun beberapa hal yang biasa Ibu rasakan adalah perut keram, mual muntah (jika ibu melakukan bius total), dan keluarnya flek atau pendarahan ringan. Hal tersebut normal terjadi setelah ibu melakukan kuret. Bunda Pun sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari setelah satu atau dua hari melakukan kuret.

Selain gejala umum ada beberapa kondisi dan efek samping yang perlu diwaspadai dan membuat ibu perlu untuk memeriksakan kembali ke dokter seperti pendarahan berat atau berkepanjangan, demam, keputihan yang berbau busuk, serta nyeri atau sakit yang dirasakan dalam perut. Jika mengalami hal tersebut segera hubungi dokter ya Bunda.

Apakah Benar Kuret Bisa Hambat Kehamilan?

Jawabannya bisa jadi, maka Bunda harus pastikan menjaga si janin sejak awal terbentuk dengan aktivitas ringan yang tidak menimbulkan stress dan makanan bergizi untuk pemenuhan asupan gizi Bunda dan Janin agar keguguran dapat terhindari. Jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar Bunda dan calon buah hati selalu dilindungi dari bahaya ya.

Kuret bisa menghambat kehamilan, karena jaringan parut mulai terbentuk kembali pasca terluka akibat pengerukan dari tindakan kuret. Pembentukan jaringan inilah yang menyebabkan darah menstruasi Bunda menjadi sedikit serta siklus menstruasi menjadi tidak teratur yang menyebabkan sulitnya masa subur untuk merencanakan kehamilan kembali.

Selama proses pembentukan jaringan parut itu terdapat kemungkinan terjadinya perlengketan antara dinding rahim sehingga membuat rongga dalam rahim menjadi menyempit. Alasan inilah yang membuat sulit terjadinya pembuahan antara sperma dan sel telur, sehingga kehamilan pun terhambat untuk terjadi. Jikapun proses pembuahan berhasil, risiko terjadinya hambatan pada perkembangan janin, atau bahkan keguguran juga dapat meningkat.

Baca juga: