
Penulis: Annisa | Editor: Aufia
Papua, provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia ini memiliki aneka ragam budaya yang eksotis, salah satunya rumah adat Papua. Nah, kalau ngomongin rumah adat Papua, pasti Bunda langsung mengingat Honai. Padahal sebenarnya, tiap suku di Papua memiliki rumah adatnya masing-masing, lho.
Penasaran apa saja? Yuk simak jenis dan filosofi rumah adat papua di bawah ini!
1. Rumah Honai
Siapa tak kenal Honai? Rumah adat Papua yang paling populer ini menjadi tempat tinggal para pria dewasa. Bunda bisa dengan mudah menemukan kediaman khas suku Dani ini di kawasan lembah. Fasad Honai berbentuk melingkar dengan atap setengah lingkaran, sekilas terlihat seperti jamur.
Memiliki dua kamar terpisah dan terdiri dari dua lantai. Di lantai satu, penghuni bebas melakukan sejumlah aktivitas sehari-hari. Sedangkan lantai dua merupakan tempat tidur. Rumah Honai umumnya memiliki ukuran yang relatif sempit, dindingnya didesain kecil dan cenderung membulat supaya lebih hangat.
Untuk menempatkan pintu rumah, posisinya pun harus searah dengan arah matahari, baik saat terbenam maupun terbit lho, Bund. Kenapa demikian? Soalnya, penentuan arah diyakini dapat memberikan kewaspadaan kepada pemiliknya, terutama jika terjadi hal-hal yang tidak terduga (misal: serangan musuh atau kebakaran)
Rumah Honai juga sering masyarakat gunakan sebagai tempat untuk menyimpan mumi buruan atau jenazah yang diawetkan. Termasuk simbol-simbol tradisional dan barang-barang warisan dari nenek moyang.
Uniknya, wanita tidak boleh memasuki rumah Honai ini, meskipun merupakan anggota keluarga. Hanya laki-laki dewasa saja yang boleh keluar masuk rumah Honai.
2. Rumah Wamai
Rumah wamai tidak ditinggali manusia, melainkan ternak. Dalam arti yang lebih modern, Rumah Wamai ini berfungis sebagai sangkar. Hewan ternak seperti anjing, kambing, atau babi khusus ditempatkan di sini agar tetap aman.
Bentuknya sangat fleksibel, bisa berbentuk lingkaran atau persegi. Ukuran sendiri, tentunya menyesuaikan jumlah hewan peliharaan yang dimiliki. Umumnya, rumah adat ini berada tidak jauh dari rumah Honai dan Ebai.
3. Rumah Pohon
Kenapa bernama rumah pohon? Betul banget Bund, karena rumah ini berdiri kokoh di atas batang pohon. Umumnya terletak 15 hingga 30 meter di atas permukaan tanah. Rumah adat ini merupakan cerminan keunikan masyarakat Korowai.
Dulunya, Suku Korowai tinggal di daerah yang diapit oleh pegunungan dan sungai-sungai besar. Keberadaanya ditemukan sekitar 35 tahun yang lalu oleh seorang misionaris Belanda. Hingga saat ini, jumlah penduduk Suku Korowai diperkirakan hanya 3000 jiwa
Bahan utama rumah pohon tidak jauh berbeda dengan rumah adat lainnya, yakni menggunakan kayu. Bedanya, Rumah Pohon menggunakan kayu hidup. Masyarakat setempat percaya bahwa rumah berbentuk seperti ini akan melindungi pemiliknya dari ancaman roh jahat dan binatang buas.
Konon Rumah Pohon sengaja didesain tinggi untuk melindungi dari roh jahat bernama Laleo, iblis yang kejam. Masyarakat Suku Korowai percaya bahwa roh-roh jahat akan semakin sulit mendekati posisi rumahnya yang semakin tinggi.
4. Rumah Kariwari
Masih merupakan rumah adat yang mencerminkan keunikan Suku Dani, Rumah Kariwari ini berfungsi sebagai tempat tinggal anak laki-laki yang sudah memasuki usia 12 tahun. Di rumah inilah mereka belajar tentang arti hidup dan bagaimana mencari nafkah. Baik itu berburu, memahat, membuat perahu, bahkan perang. Tak heran kalau banyak yang beranggapan bahwa Rumah Kariwari merupakan saksi bisu peralihan usia seorang pria.
Rumah ini memiliki tinggi sekitar 20 meter dan terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat belajar. Jika ada pertemuan antar kepala suku, maka lantai dua berfungsi untuk menjembataninya. Sedangkan untuk lantai tiga lebih bermanfaat untuk ketenangan pemiliknya; misalnya untuk meditasi, sholat, dan istirahat.
5. Rumah Ebai
Secara harfiah, Ebai berasal dari kata “ebe” yang berarti tubuh, dan “ai” berarti wanita. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa Ebai berarti tubuh perempuan, yang menunjukkan betapa pentingnya kedudukan perempuan. Itulah kenapa rumah ini dihuni oleh perempuan dewasa.
Ukuran Rumah Ebai relatif pendek dan kecil jika dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah Ebai biasanya berada di sebelah kiri Rumah Honai, tetapi pintunya tidak sejajar. Bentuknya juga unik karena memiliki atap rumbia berbentuk setengah lingkaran.
Bangunan sederhana ini berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat perempuan bekerja. Mengasuh anak, melayani suami, dan memasak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan perempuan masyarakat suku Dani. Dan di rumah inilah mereka melakukan kegiatan tersebut.
6. Rumah Kaki Seribu
Papua juga memiliki rumah adat tipe panggung, lho, namanya rumah kaki seribu. Dinamai demikian karena memiliki tiang penyangga yang lumayan banyak. Sama seperti rumah tipe panggung ada umumnya, pengaplikasian desain ini bertujuan untuk menghindari serangan binatang buas.
Bunda bisa menemukan rumah kaki seribu ini di Pegunungan Arfak, kawasan di mana Suku Moille, Hatam, Sough, dam Meyakh tinggal.
Itu dia seputar jenis dan ciri khas rumah adat Papua. Gimana Bund, semua eksotis dan unik, kan?
Baca Juga:
- Filosofi dan Fakta Boyang, Rumah Adat Suku Mandar di Sulawesi Bara
- Tampak Memukau, Ini 7 Rumah Adat Sumatera Utara dan Filosofinya
- Yuk Intip 7 Rumah Adat Sumatera Barat dan Fakta Uniknya!
- Punya Ciri Khas yang Unik, Ini 5 Macam Rumah Adat di Jawa Tengah
Sumber Katadata. (2022). Mengenal Honai, Rumah Adat Papua yang Ramah Lingkungan. katadata.co.id Rumah123. (2022). Tak Hanya Honai, Ini 8 Jenis Rumah Adat Papua dan Keunikannya!. rumah123.com Pinhome. (2022). Nama Rumah Adat Papua Beserta Penjelasannya. pinhome.com Detik. (2022). Mengenal Honai, Rumah Tanpa Jendela yang Unik dari Papua. detik.com