Penulis: Aulia Elsa | Editor: Handa

Perkembangan si kecil dari waktu ke waktu memang jadi momen yang berharga untuk orang tua, ya Bund! Mulai dari tengkurap, merangkak, hingga dapat bediri adalah salah satu perkembangan anak yang pastinya tidak ingin Bunda lewatkan. Bahkan, tak jarang beberapa orang tua gemar mengabadikan momen perkembangan buah hati dalam foto atau video.

Berbicara tentang pertumbuhan anak, tahukah Bunda kalau dalam budaya Jawa, ada tradisi khusus yang dilakukan saat anak mulai bisa berdiri atau berjalan? Namanya adalah tradisi tedak siten.

Bunda pernah mendengarnya? Ssstt…, Bunda, beberapa orang juga beranggapan kalau tradisi ini bisa memprediksi masa depan anak loh. Kok bisa? Simak terus artikel ini, Bund!

Pengertian Tedak Siten

Tedak siten berasal dari kata ‘tedak’ yang berarti turun dan ‘siten’ yang berasal dari kata ‘siti’ berarti bumi atau tanah. Tradisi yang merupakan warisan leluhur masyarakat Jawa ini juga biasa disebut dengan upacara turun tanah. Upacara ini dilakukan saat anak berusia 7 lapan.

Sebagai tambahan informasi nih Bund! 1 lapan itu sama dengan 35 hari, jadi umur anak saat dilakukan tedak siten adalah 245 hari (7 x 35 hari).

Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah agar si kecil bisa menjadi pribadi yang mandiri di masa depan. Selain itu juga sebagai ‘penghormatan’ kepada bumi, tempat di mana kita tinggal dan berpijak. Tak lupa juga diiringi doa-doa dari orang tua dan sesepuh agar kelak, si kecil menjadi orang yang sukses.

Peralatan apa saja yang diperlukan?

Ini dia Bund, perlengkapan yang harus disediakan ketika menjalankan tradisi Tedak Siten:

  • Tumpeng lengkap dengan pritilannya seperti telur, urap, sambal goreng dll.
  • Jenang atau bubur beras berwarna putih dan coklat (menggunakan gula jawa).
  • Jajanan pasar dan umbi-umbian yang sudah dikukus.
  • Jadah tujuh warna.
  • Air gege dan kembang setaman yang dimasukkan dalam bokor. Air gege adalah air yang dibiarkan semalam di tempat terbuka dan paginya dijemur dibawah sinar matahari hingga puluk 08.00 pagi. 
  • Andha atau tangga yang terbuat daru tebu ireng/ tebu Arjuna. Anak tangganya harus berjumlah 7 buah.
  • Ayam panggang yang diletakkan di ujung andha.
  • Pisang raja satu lirang yang diikatkan di ujung andha tebu.
  • Kurungan ayam yang dihias dan didalamnya terdapat mainan tradisional, padi dan kapas, uang, perhiasan, alat tulis, buku dll.
  • Udhik-udhik yaitu beras kuning yang diberi beberapa uang logam.
  • Ayam hidup.

Apa Saja Rangkaian Prosesinya?

Sama seperti tradisi lainnya, tedak siten juga juga memiliki rangkaian prosesi tersendiri. Kira-kira apa saja ya? Ini dia Bund!

Tradisi ini dibuka dengan anak menginjak tanah kemudian menapaki ‘jadah’ atau ‘tetel’ 7 warna. Jadah ini terbuat dari beras ketan dicampur dengan parutan kelapa muda serta sedikit garam agar gurih. Ketujuh warna jadah tersebut disusun mulai dari yang gelap ke warna terang.

Tahukah bunda, ketujuh warna tersebut memiliki filosofi masing-masing loh!

  • Ungu bermakna ketenangan
  • Merah jambu melambangkan cinta kasih
  • Biru memiliki arti kesetiaan
  • Kuning melambangkan kekuatan
  • Hitam lambang kecerdasan
  • Merah melambangkan keberanian
  • Putih adalah lambang kesucian

Sementara jadah sendiri melambangkan kehidupan sang anak. Jadi diharapkan dalam menjalani hidupnya kelak, anak akan memiliki sifat seperti filosofi warna-warna tersebut.  

Kemudian anak dituntun untuk menaiki tangga tebu. Dibuat dari tebu Arjuna supaya kehidupan anak ‘manis’ dan memiliki sifat seperti tokoh wayang ‘Arjuna’.

Apakah Tradisi Tedak Siten Bisa Prediksi Masa Depan Anak?

Selanjutnya anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam. Nah, leluhur percaya bahwa barang dalam kurungan yang pertama kali dipilih anak akan menggambarkan apa yang kelak disukai atau hobi anak di masa depan. Oleh karena itu, banyak yang beranggapan bahwa tedhak siten bisa memprediksi masa depan anak.

Setelah itu, prosesi menyebar udhik-udhik ke arah tamu undangan. Hal itu dilakukan agar anak punya sifat dermawan. Kemudian melepas ayam hidup sebagai lambang kemandirian.

Sampai di akhir ritual, anak akan dimandikan dengan air kembang setaman dan dipakaikan baju baru. Filosofinya supaya anak sehat, mengharumkan nama keluarga, dan berguna untuk sekitarnya. Tak lupa ditutup dengan doa yang dipimpin para sesepuh, supaya kelak anak bernasib baik.

Nah, itu tadi beberapa penjelasan mengenai tradisi tedak siten, perlengkapan serta rangkaian ritual yang dilakukan. Bagaimana, Bunda tertarik untuk melakukan tradisi tesebut?

Baca juga:

Sumber