Penulis: Putri Arya | Editor: Aufia

Tidak hanya kental dengan budaya, masyarakat Jawa juga kental dengan adat istiadat yang masih dilestarikan hingga kini. Adat istiadat Jawa ini menjadi bagian dari kebudayaan dan terus diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah Jawa Tengah, dimana masyarakatnya masih melestarikan tradisi dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini beragam tradisi Jawa Tengah yang masih ada dan dilestarikan hingga kini. Beberapa di antaranya merupakan hasil akulturasi dari Jawa dan Islam. Apakah Bunda sering menjumpai tradisi dan adat istiadat Jawa Tengah seperti di bawah ini?

tedak siten

1. Ruwatan

Upacara Ruwatan masih dilestarikan dan kerap dilakukan hingga kini. Salah satu contohnya adalah upacara ruwatan di daerah DIeng Wonosobo. Tradisi Jawa Tengah ini dilakukan bagi anak-anak dengan rambut ikal gimbal yang biasanya dianggap menyerupai buto ijo. Sehingga upacara ruwatan harus dilakukan untuk mengusir hawa jahat dan segala hal buruk yang dibawa oleh buto ijo.

2. Selametan

Acara selametan dilakukan secara turun temurun sebagai bentuk peringatan doa. Selametan umumnya digelar masyarakat Jawa untuk mendoakan pada leluhur agar diberikan ketentraman. Perlu Bunda ketahui, acara selametan merupakan hasil akulturasi dari Jawa dan Islam.

3. Syawalan

Syawalan dilakukan selama 7 hari setelah lebaran atau Idul Fitri. Tradisi Jawa Tengah ini juga disebut sebagai tradisi lebaran ketupat. Tidak seperti kebanyakan tradisi di Indonesia yang menyajikan ketupat saat lebaran. Masyarakat yang menggelar syawalan justru menyajikan nasi kuning ketika lebaran dan menyajikan ketupat di acara syawalan.

4. Tedak Siten

Tedak siten disebut juga upacara turun tanah dan dilakukan oleh orang tua ketika anaknya menginjak usia 7 bulan. Tradisi ini dimaksudkan untuk mengenalkan anak pada tanah yang ia pijak serta sebagai bentuk rasa syukur atas kesehatan anak. Tedak siten biasanya dilakukan di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari lahir anak. Tradisi Jawa Tengah ini dilengkapi dengan beraneka macam kuliner khas Jawa. Tidak hanya di Jawa Tengah, tradisi tedak siten juga dilakukan di Jawa Timur.

5. Tingkeban

Tradisi Jawa Tengah ini disebut juga upacara mitoni. Tingkeban dilakukan oleh ibu hamil yang memasuki usia kehamilan 7 bulan. Sebagian orang mengenal upacara ini sebagai acara “nujuh bulanan”. Ritual ini meliputi acara siraman air bunga disertai dengan memanjatkan doa agar bayi dalam kandungan sehat dan selamat hingga waktunya persalinan.

6. Wetonan

Dalam bahasa Jawa, Wetonan artinya keluar. Tapi tradisi Wetonan yang dimaksud ini berhubungan dengan kelahiran seseorang, Bunda. Wetonan merupakan upacara yang digelar untuk menyambut bayi yang baru lahir. Tradisi Jawa ini dilakukan agar nantinya si bayi akan terhindar dari bahaya dan mendapatkan rezeki serta keberuntungan.

7. Mubeng Benteng

Biasanya mubeng benteng dilakukan pada malam satu suro. Oleh sebab itu, tradisi Jawa Tengah ini kerap disebut juga sebagai malam satu suro. DI Yogyakarta, mubeng benteng dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta. Hal ini sebagai bentuk simbol refleksi dan introspeksi diri. Ketika melakukan upacara ini, Bunda dilarang berbicara, makan dan minum hingga ritualnya selesai.

8. Larung Sesaji

Upacara larung sesaji biasanya dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir pantai, terutama di pesisir utara dan selatan. Tradisi Jawa Tengah ini digelar sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkapan ikan serta keselamatan dalam berusaha dan saat melaut. Dalam upacara larung sesaji, hewan yang telah disembelih serta beberapa bahan makanan hasil panen dihanyutkan ke tengah laut menggunakan perahu.

Baca Juga: